4. TEMA POKOK DALAM ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI



JUDUL : TEMA POKOK DALAM ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

Agar lebih jauh lagi memahami etika dan filsafat komunikasi, kita harus mengetahui terlebih dahulu tema pokok yang terkandung di dalamnya. Ada beberapa aspek yang harus kita ketahui sebagai penunjang tema pokok dari etika dan filsafat komunikasi. Salah satu aspek yang paling krusial ialah komunikasi efektif dan strategi komunikasi karena mencakup penguasaan keterampilan komunikasi. Menurut Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel hukum komunikasi yang efektif adalah ‘Reach’ (Respect, Empathic, Audible, Clarity, and Humble). Kemudian yang menjadi titik fokus tim penulis “apakah kelima hukum tersebut harus dipenuhi semuanya agar memiliki kemampuan komunikasi yang handal ?

Tentu saja kita harus memenuhi kelima hukum tersebut, jika menginginkan pesan yang kita sampaikan menghasilkan tanggapan seperti yang diinginkan. Tujuannya tidak lain agar membentuk komunikasi yang efektif. Bagaimana kita menghargai setiap individu, menempatkan diri pada posisi orang lain, apa yang kita ucapkan dapat didengar dan dimengerti, pesan yang dikirimkan juga jelas, dan tentunya bersikap rendah hati adalah kunci dari komunikasi yang efektif. Namun sebelum lebih jauh membahas mengenai komunikasi yang efektif, sebaiknya kita mengenal dahulu bagaimana komunikasi tidak akan pernah dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

A. Manusia sebagai Pelaku Komunikasi
Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari seluruh proses kehidupan manusia. Dalam proses komunikasi, orang yang menyampaikan pesan disebut Komunikator, isi yang disampaikan disebut Pesan, dan orang yang menerima pesan disebut Komunikan. Proses komunikasi adalah aktivitas yang diperlukan untuk mengadakan dan melakukan tindakan komunikatif, baik yang dilakukan oleh komunikator, komunikan atau aktivitas penyampaian pesan, noise bisa terjadi dalam komunikasi. Pola komunikasi menurut Laswell, “Who say what to whom in what channel with what effect” sedangkan menurut Aristoteles, kedudukan manusia sebagai pelaku komunikasi meliputi “pembicara” dan “pendengar”.

1.    Definisi Manusia
Menurut Aristoteles (384 - 322 SM) sebagaimana yang dijelaskan oleh Prof. Onong (2003), manusia memiliki tiga anima (jiwa), yakni:
-       Anima avegatativa/roh vegetatif “tumbuh - tumbuhan” fungsinya makan, tumbuh, dan berkembang biak
-       Anima sensitiva "binatang punya perasaan, naluri, dan nafsu" mampu mengamati, bergerak, dan bertindak.
-       Anima intelektiva "roh intelek yang dimiliki manusia" berpikir dan berkehendak. punya kesadaran.

Pemikiran Aristoteles yang menggabungkan tiga aliran besar tentang manusia, yaitu:
1. Materialisme
Aliran yang melihat manusia ada pada fisiknya yang merupakan unsur pokok dari kemanusiaan.
2. Idealisme
Keberadaan manusia ada pada ide yang terletak di pemikiran sehingga semakin jernih pemikiran maka seseorang akan mampu menangkap hakikat.
3. Eksistensialisme
Melihat manusia dari sisi esksistensinya atau sejauh mana keberadaannya diakui oleh masyarakat sekitar.

2.    Kritik Eksistensialisme terhadap Materialisme
Aliran eksistensialisme menentang aliran materialisme yang berpendapat bahwa manusia hanyalah benda saja. Menurut ajaran eksistensialisme, manusia bukan saja berada di dunia, tetapi juga menghadapi dunia dan menghadapi benda lain di dunia. Manusia adalah subjek. Subjek artinya sadar, sadar akan dirinya sendiri dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Menurut kaum eksistensialis, kesalahan aliran mate-rialisme terletak pada pandangan materialisme yang mendetotalisasi (tidak diindahkannya manusia sebagai keutuhan) manusia, memungkiri totalitas manusia. Mengatakan bahwa manusia adalah hanya materi, berarti memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Manusia memiliki jasmani dan materi tetapi itu hanya aspek saja bukan keseluruhan manusia. Pandangan materialisme ini mempunyai kedudukan yang kuat, tetapi salah karena memungkiri kebenaran bahwa manusia itu mengerti, berkehendak dengan bebas dan membina kebudayaan.

3.    Kritik Eksistensialisme terhadap Idealisme
Idealisme menganggap manusia adalah sesuatu yang berpikir, suatu pikiran saja dan pikiran ini merupakan suatu aspek yang dianggap sebagai keseluruhan manusia. Menurut paham eksistensialisme, manusia bukanlah hanya objek sebagaimana menjadi pandangan ajaran materialisme, tetapi juga bukan hanya subjek atau kesadaran, seperti menjadi anggapan kaum idealisme. Manusia adalah eksistensi. Manusia adalah kesatuan jasmani dan rohani yang tidak mungkin dipisahkan. Hanya manusia yang dapat berkata “aku” dengan sadar. Itulah persona atau pribadi yang terdapat pada manusia dan kepribadian ini didasarkan kerohaniannya. Persona berkembang berdasarkan pengalaman berkomunikasi antara manusia. Komunikasi sosial lebih bersifat rohaniah daripada jasmaniah. Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan adalah "gambaran dalam benak" (picture in our head). Sehingga komunikasi akan berlangsung jika komunikan mengerti pesan tersebut. Dalam konteks ini, Schramm menekankan komunikasi adalah proses yang memiliki tujuan untuk membangun kesamaan antara sumber dan penerima pesan. Jadi, ketika seseorang ingin berkomunikasi, maka ia harus bisa menerjemahkan pikiran dan perasaan yang akan disampaikan ke penerima dalam suatu bentuk yang dapat ditransmisikan. Kemudian akan terjadi tanggapan balik (feedback) yang diperlukan untuk mengurangi hambatan noise (gangguan).

4.    Ethos, Pathos, Logos
-          Ethos = sumber kepercayaan yang ditunjukkan komunikator bahwa ia merupakan pakar di bidangnya sehingga ia dapat dipercaya. Faktornya track record.
-          Pathos = tampilan emosi seperti semangat dan gairah pada saat berkomunikasi.
-          Logos = argumentasi yang harus masuk akal agar bisa meyakinkan audiens yang mendengarkan.

5.    Komunikator Humanistis
Komunikator humanistik adalah diri seseorang yang unik dan otonom, dengan proses mental mencari informasi secara aktif, yang sadar akan dirinya dan keterlibatannya dengan masyarakat, memiliki kebebasan memilih, dan bertanggung jawab terhadap perilaku yang diakibatkan. Bertujuan untuk menggambarkan teori perilaku manusia yang sederhana dan berdiri sendiri, yaitu stimulus response atau rangsangan dan tanggapan yang menyatakan bahwa objek hanya memberikan respons terhadap tergolong dalam jenis perilaku yang disebut norma. Ada empat ciri komuniakor humanistik, yaitu:
a.       Berpribadi, pandangan sebagai diri seseorang.
b.      Unik, diri seseorang sebagai individu yang unik berbeda dari yang lain.
c.       Aktif, yang melekat pada proses mental adalah aktivitas. Asumsi tersebut merupakan perbedaan paling nyata antara psikologi humanistik dengan aliran-aliran lain.
d.      Sadar diri dan keterlibatan sosial, merupakan prinsip dasar dari psikologi humanistik dan faktor teori komunikasi antarmanusia yang menopang pemahaman mengenai fase-fase proses komunikasi antarmanusia.

Keempat ciri tersebut mempunyai perbedaan dengan tiga asumsi mengenai sifat dasar manusia menurut aliran behavioristik, yaitu:
a.       Asumsi yang menyatakan bahwa perilaku dipelajari dengan membentuk asosiasi. Asosiasi dalam hal ini dapat disebut kebiasaan, refleksi atau hubungan antara respon dengan peneguhan hal-hal yang memungkinkan dalam lingkungan.
b.      Manusia pada dasarnya bersifat hedonistik, yaitu berupaya mencari kesenangan dan menghindari kesulitan.
c.       Perilaku ditentukan oleh lingkungan, perilaku itu dapat dipelajari dan dapat dihasilkan sehingga bisa dikendalikan dan perkembangan seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.

B.  Teknologi Komunikasi
Perkemabangan teknologi komunikasi dimulai dari telepon analog yang ditemukan pada tahun 1876, lalu pada tahun 1960-an mulai mengarah kepada teknologi digital yaitu dengan adanya faksimile. Tidak hanya teknologi komunikasi, sama halnya seperti perkembangan komputer yang yang pertama kali diperkenalkan oleh ENIAC II pada tahun 1946 setelah Perang Dunia II. Protocol merupakan alat yang menyebabkan alat yang satu dengan alat lainnya bisa saling berkomunikasi. Setelah itu, muncul ARPANET pada 1977, yang pada awalnya hanya dapat memungkinkan dosen dan mahasiswa dapat saling berbagi informasi satu dengan yang lain tanpa meninggalkan komputer mereka. Sejak 1988, internet tumbuh secara eksponensial, yang ukurannya berlipat-lipat ganda. 

1. Ambivalensi Teknologi Komunikasi
Penyiaran pada dasarnya adalah suatu keterampilan dasar manusia ketika berada pada posisi tidak mampu untuk menciptakan dan menggunakan pesan secara efektif untuk berkomunikasi. Dalam hal ini penyiaran adalah alat untuk mendongkrak kapasitas dan efektivitas komunikasi massa. Teknologi media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pola pikir audiensnya. Di Indonesia, radio merupakan alat komunikasi yang penting sejak negara ini baru berdiri. Radio digunakan secara luas di bidang pendidikan, terutama pendidikan politik seperti mempersiapkan para calon pemilih untuk pemilu pertama pada tahun 1955. Maka dari itu, aspek komunikasi dalam rumusan Laswell salah satunya adalah media, yaitu saluran penyampaian pesan. Tentu saja, media dalam hal ini tidak terlepas dari persoalan teknologi-teknologi komunikasi. 

2. Apakah Teknologi Itu Netral
Teknologi merupakan sistem terbuka yang sensitif terhadap perubahan struktur meso dan struktur makro yang melingkupinya. Terkait dengan ambivalensi teknologi komunikasi, Marshal McLuhan, pakar komunikasi dari kanada menyebut dua kemungkinan pengaruh perkembangan teknologi komunikasi, yaitu:
     • Global Village 
        Teknologi komunikasi menciptakan manfaat positif sehingga manusia dapat berinteraksi di             mana pun dan kapan pun. 

3. Aspek Teknologi 
       a. Aspek Teknis 
                Meliputi pengetahuan, keterampilan, teknik dll.
       b. Aspek Kultural
                Meliputi tujuan, nilai, kode etik, keyakinan dll.
       c. Aspek Organsisasi
                Meliputi aktivitas ekonomi dan industrial.

4. Teknologi Komunikasi dan Masyarakat Informasi
Sebelum terbentuknya masyarakat informasi, secara sosiologis masyarakat terlebih dahulu mengalami fase masyarakat pre-agriculture, masyarakat agriculture, masyarakat industrim kemudian. 
a. Konvergensi Teknologi
Penyatuan sejumlah teknologi sehingga membentuk suatu media komunikasi yang baru. 
b. Berkembangnya Internet
Sifat internet yang real time dengan audiens yang tak terbatas menjadikannya sebagai garda terdepan pembentukan masyarakat informasi.
c. Digitalisasi
Konversi segala data sehingga bisa dibaca oleh komputer.
d. Konvergensi Media
Mirip seperti konvergensi teknologi, namun menitik beratkan pada kontennya.
e. Merger Industri
Menguasai media selain memperoleh keuntungan finansial 

5. Ekses Teknologi Komunikasi
a. Perubahan Gaya Hidup
Teknologi membawa peluang gaya hidup, yakni perubahan yang dibutuhkan menjadi apa yang diinginkan, begitu juga sebaliknya. 
b. Tantangan Karir
Perkembangan teknologi menuntut seseorang untuk menguasai perkembangan tersebut, sekaligus menguasai update dari teknologi.
c. Perubahan Regulasi
Regulator dituntut untuk merevisi berbagai aturan yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan teknologi.
d. Pergeseran Kekuatan
Kekuatan sejatinya berada pada pihak yang menguasai teknologi komunikasi.

           6.      Berbagai Paradigma dalam Teknologi Komunikasi
a.         Determinisme Teknologi
Determinisme teknologi berasumsi bahwa teknologi adalah kekuatan kunci dalam mengatur masyarakat. Struktur sosial dibentuk oleh materialitas teknologi. Determinisme teknologi memiliki 2 premis yang bermasalah yaitu, asumsi bahwa teknologi berkembang secara unlinear padahal teknologi berkembang secara multilinear, dan asumsi bahwa masyarakat harus tunduk kepada perubahan – perubahan yang terjadi dalam dunia teknologi.
b.         Fenomenologi Teknologi
Yaitu memahami teknologi dalam kaitannya dengan fenomena sosial yang melingkupi teknologi. Ada tiga lingkup sosial, yaitu lingkup mikro yang merujuk pada tataran internal di mana teknologi bekerja, lingkup meso merupakan kondisi sosial pada level lokal – religional yang mempengaruhi teknologi. Sedangkan lingkup makro adalah tataran global yang memberi pengaruh terhadap perkembangan teknologi.
c.         Otoriterianisme
Dalam paradigma otoriterianisme, teknologi media (menjustifikasi versi kebenaran negara / penguasa) boleh mengeluarkan kritik sejauh tak bertentangan dengan kepentingan status quo.
d.         Liberialisme
Dalam sistem liberal, control terhadap media teknologi media ada di tangan para pemilik modal. Dunia teknologi media Indonesia dan teknologi media dunia sekarang ini secara keseluruhan. Terpengaruh oleh iklim liberalisme media teknologi media.
e.         Tanggung Jawab Sosial
Merupakan pengembangan sekaligus kritik terhadap paradigma liberal. Muncul sensibilitas besar terhadap dampak buruk teknologi media liberal, yakni kepemilikan media yang monopolistic dan dampak – dampaknya terhadap potensi manipulasi informasi oleh kekuatan modal. 

           7.      Pemikiran Jaques Ellul tentang Teknologi Komunikasi
Jaques Ellul (1912 – 1994) adalah pemikir dari Jerman yang mencoba memetakan teknologi komunikasi massa dalam tataran filosofis. Ia mengatakan bahwa teknologi komunikasi merupakan kekuatan sosial baru yang menjadi kebutuhan manusia. Menurut Ellul, booming teknologi televisi menyebabkan terlepasnya ikatan antara satu manusia dengan manusia lainnya, dan terlepasnya antara masyarakat dan sifatnya. Kita tidak bisa hidup tanpa teknologi, pada saat yang sama kita juga harus menghadapi risiko dan konsekuensi yang dibawa oleh teknologi. Teknologi komunikasi menyebabkan terjadinya propaganda, yaitu pola komunikasi bersifat politis dan komersial yang hampir tak terasa gejalanya. 

C.  KOMUNIKASI EFEKTIF DAN STRATEGI KOMUNIKASI
Willbur Schramm menyebut sebagai “the condition of success in communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita ingin agar pesan yang disampaikan menghasilkan tanggapan yang kita inginkan.

1.         Komunikasi Efektif Menurut Stephen Covey
Menurut Stephen R. Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam hidup kita. Covey menekankan konsep interdepency untuk menjelaskan hubungan antarmanusia, unsur yang paling penting adalah karakter dan bagaimana menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata – kata ataupun tulisan dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter) orang lain akan melihat atau membaca sikap kita. Jadi, syarat utama komunikasi efektif adalah karakter yang kukuh dari fonasi intergritas pribadi yang kuat. Covey dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” memberi panduan bagaimana menjadi komunikator yang baik :
1)        Proaktif.
Manusia yang proaktif akan selalu paham bahwa mereka tidak boleh menyalahkan faktor genetika, lingkungan, atau kondisi atau perilaku manusia. Manusia proaktif akan selalu merasa baik walaupun cuaca tidak baik, sebaliknya manusia reaktif merasa tidak baik saat cuaca tidak baik.
2)        Rencanakan sesuatu dengan tuntas dalam pikiran.
Ini didasarkan pada imajinasi, yaitu kemampuan manusia untuk melihat apa yang belum terjadi.
3)        Membuat prioritas.
Menurut Covey, prioritas penting karena tanpa prioritas kita tidak mempunyai fokus, baik dalam tujuan, nilai, peran, dan prioritas. Hal yang utama adalah apa yang secara personal memiliki harga yang paling tinggi yang dalam konteks Covey adalah hubungan personal.
4)        Berpikir menang – menang (win – win).
Pola pikir menang – menang melihat hidup bukan kompetisi, melainkan kooperasi (kerjasama), maka yang dicari adalah yang mutual (saling menguntungkan)
5)        Memahami, bukan dipahami.
Kunci untuk memahami orang lain adalah mendengarkan apa yang orang lain katakana. Kita bahkan memfilter yang didengar dengan pengalaman, minat, dan kepentingan kita.
6)        Sinergi
Sinergi dilakukan untuk menghasilkan kerjasama yang kreatif. Sinergi menghasilkan kebersamaan yang bisa memproduksi hasul yang lebih baik dibandingkan secara individual.
7)        Memanfaatkan Aset yang dimiliki
Aset yang dimaksud Covey adalah fisik, sosial/emosional, mental dan spiritual. Keseluruhana set tersebut harus secara terus menerus diasah sehingga mendatangkan hal – hal positif secara maksimal. Aset fisik berupa makanan bergizi, olah raga, dan istirahat. Aset sosial/emosional dilakukan dengan membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain. Aset mental diasah dengan belajar, membaca, menulis dan mengajar. Aset spiritual dengan cara mengasah dengan meditasi, ibadah, musik serta seni.

2.      “Reach” Sebagai Hukum Komunikasi Efektif
Reach adalah kepanjangan dari Respect, Empathic, Audible, Clarity, dan Humble. Reach adalah salah satu rumus strategi komunikasi efektif.
a.       Respect
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
b.      Emphatic
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
c.       Audible
Audible bermakna dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Dalam kata lain pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
d.      Clarity
Clarity bermakna keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan keterbukaan agar menimbulkan rasa percaya.
e.       Humble
Sikap rendah hati berkaitan dengan hukum pertama. Sikap rendah hati antara lain penuh melayani, menghargai, mau mendengar, dan menerima kritik.

3.      “Know Your Audience”
·         Waktu yang pas untuk suatu pesan
·         Bahasa yang harus digunakan agar pesan dimengerti
·         Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif
·         Jenis kelompok di mana komunikasi akan dilaksanakan

4.      Faktor pada Komunikator
Pada sisi komuikator ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni source credibility dan source attractiveness. Source credibility adalah sumber kepercayaan sehingga apa yang disampaikan akan dipercaya oleh orang lain. Sedangkan source attractiveness adalah hal-hal yang bisa mendatangkan ketertarikan sehingga komunikan akan memperhatikan pesan yang kita sampaikan.

5.      Hambatan Komunikasi
Untuk memaksimalkan efektivitas komunikasi, maka kita harus memperhatikan sejumlah hambatan komunikasi di bawah ini :
a.       Gangguan Komunikasi,
Yang bersifat mekanistik seperti alat pengarah suara yang mati maupun gangguan semantik seperti penggunaan kiasan yang tidak tepat.
b.      Kepentingan,
Menyebabkan kita selektif dalam menanggapi pesan, yakni selektif dalam bentuk sikap, pikiran, dan tingkah laku. Karenanya komunikasi harus dibangkitkan terlebih dahulu interest yang sama dengan komunikator.
c.       Motivasi Terpendam,
Motivasi mendorong seseorang berbuat sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar keberhasilan komunikasinya.
d.      Prasangka,
Keika komunikasi belum dilakukan, namun orang sudah curiga terlebih dahulu.

6.      Evasi Komunikasi
Evasi Komunikasi adalah pembelokan komunikasi, baik disengaja maupun tidak. Bila dibiarkan maka tujuan komunikasi tidak akan tercapai. Evasi komunikasi meluputi :
a.       Menyesatkan pesan
b.      Mencacatkan pesan komunikasi
c.       Mengubah kerangka komunikasi




---


Referensi : 
Mufid, Muhamad. (2009). Etika dan Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenamedia Group.

Comments

Popular Posts