5. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES SIMBOLIS




Blumen menjelaskan bahwa konsep diri dibentuk dengan interaksi simbolis melalui looking-glass-self yang berarti pembentukan diri itu berdasarkan dari apa yang orang lain katakan tentang diri kita. Apakah konsep diri dapat dibentuk oleh asumsi atau pikiran mengenai dirinya sendiri tanpa penjelasan dari orang lain mengenai dirinya? Pada dasarnya semua hal yang kita ketahui berasal dari orang lain. Namun tentu saja orang lain yang mengajarkan kita adalah orang-orang terdekat kita. Seperti contoh, terkait gender kita belum tahu apa-apa mengenai gender sejak kita lahir, namun budaya dan orang tua kita yang mengajarkan bagaimana kita harus berperilaku.

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa konsep diri seseorang tidak dapat terbentuk dari diri mereka sendiri. Kita sebagai individu membutuhkan proses sosial untuk dapat berinteraksi dan orang lain lah yang dapat membentuk konsep diri kita. Singkatnya, kita membutuhkan orang lain untuk membentuk konsep diri kita. Cukup rumit pembahasan kali ini (hehe), untuk memperjelasnya mari kita pahami terlebih dahulu apa itu simbolis interaksionalisme.

A.  Pengertian Simbolis Interaksionisme
Teori simbolis interaksionisme dikembangkan oleh kelompok The Chicago School dengan tokoh-tokohnya seperti George Herbert Mead dan George Herbert Blumer. Menurut Herbert Blumer : (1) manusia bertindak berdasarkan makna yang ada, (2) makna tersebut muncul dari interaksi sosial dengan orang lain, dan (3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. Makna ini merupakan produk interaksi simbolis. Sesuatu tersebut bisa berupa fenomena alam, artifisial, tindakan seseorang (verbal dan nonverbal), dan lain-lain yang bermakna. Hubungan antara “sesuatu” dengan “makna” tidak inheren, tetapi volunteristrik.  Tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” maupun “kekuatan dalam”, tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu lewat proses yang disebut oleh Bluner self-indication yaitu proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Simbolik interaksionisme adalah cara kita menginterpretasikan dan memberi makna pada lingkungan sekitar melalui cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Teori ini fokus pada cara orang berinteraksi melalui simbol (kata, gerak tubuh, peraturan, dan peran). Ada 6 asumsi pokok dalam teori ini :
1.      Individu dilahirkan tanpa punya konsep diri. Konsep diri dibentuk dan berkembang melalui interaksi dan komunikasi.
2.      Konsep diri terbentuk ketika seseorang bereaksi terhadap orang lain dan melalui persepsi atas perilaku tersebut.
3.      Konsep diri, setelah mengalami perubahan, menjadi motif dasar dari tingkah laku.
4.  Manusia adalah makhluk yang unik karena kemampuannya menggunakan dan mengembangkan simbol untuk keperluan hidupnya.
5.   Manusia bereaksi terhadap segala sesuatu tergantung bagaimana ia mendefinisikan sesuatu tersebut.
6.      Makna merupakan kesepakatan bersama di lingkungan sosial sebagai hasil interaksi.

B.  Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Simbolis
Menurut Joel M. Charon interaksi adalah aksi sosial bersama; individu-individu berkomunikasi satu sama lain mengenai apa yang mereka lakukan dengan mengorientasikan kegiatannya kepada dirinya masing-masing. Interaksionisme merupakan pandangan-pandangan terhadap realitas sosial.

1.      Aliran Chicago
George Herberr Mead, pada umumnya dipandang sebagai pemula utama dari pergerakan, dan pekerjaannya yang pasti membentuk inti dari Aliran Chicago. Ketiga konsep utama di dalam teori Mead, menangkap di dalam jabatan pekerjaan terbaik yang dikenalnya, adalah masyarakat, diri dan pikiran. Kategori ini adalah aspek yang berbeda menyangkut proses umum yang sama.

2.      Aliran Lowa
Manford Kuhn dan para muridnya, walaupun mereka memelihara dasar prinsip interaksionis, tidak mengambil dua langkah – langkah yang baru sebelumnya melihat di teori yang konservatif. Di dalam area belakangan ini, aliran / mahzab lowa dan Chicago memisahkan perusahaan.

3.      Kelompok dan Komunikasi kelompok
Menurut Onong Uchyana Efendi (2003 : 71) dalam ilmu sosial apakah itu psikologi, atau sosiologi yang disebut kelompok (group) bukan sejumlah orang yang berkelompok atau berkerumun bersama – sama di suatu tempat. Anggota – anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan, yaitu melaksanakan tugas kelompok  dan memelihara moral anggota – anggotanya. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Jalaludin Rakhmat (2001 : 139) membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut :
a)   Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas, dalam artinya menembus kepribadian dan meluas artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi.
b)  Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal
c)  Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
e)      Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

Selanjutnya, Onong membagi kelompok menjadi dua jenis, yakni kelompok kecil (small group, micro group) dan kelompok besar (large group, macro group)

C.  Istilah Pokok Teori Simbolis Interaksionisme
1.      Identities adalah cara bagaimana kita memaknai diri sendiri dalam suatu pengambilan peran yang kemudian disinergikan dengan lingkungan sosial.
2. 



Language merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi dan representasi. Bahasa memiliki empat komponen, yaitu: simbol sebagai rangkaian bunyi yang menunjuk sesuatu, subjek sebagai pengguna, objek sebagai sesuatu yang ditunjuk, dan referen sebagai penghubung dari simbol, subjek dan objek.

3.      Looking Glass Self  adalah gambaran mental sebagai hasil dari mengambil peran orang lain.
4.      Meaning adalah tujuan dan atribut bagi sesuatu dan makna ditentukan oleh bagaimana kita merespon dan menggunanya.
5.      Mind adalah proses mental yang terdiri dari self, interaksi, dan refleksi berdasarkan simbol sosial yang didapat.
6.      Role Taking adalah kemampuan untuk melihat diri seseorang sebagi objek, sehingga diperoleh gambaran bagaimana dia beda melihat orang lain tersebut.
7.      Self-concept adalah gambaran yang kita punya tentang siapa dan bagaimana diri kita yang dibentuk sejak kecil melalui interaksi dengan orang lain.
8.      Self-fulfilling adalah tendensi bagi ekspektasi untuk memunculkan respon bagi orang lain yang diantisipasi oleh kita.

D.  Pemikiran George Herbert Mead
  Teori simbolik interaksionalisme lahir dari pemikiran George Herbert Mead yang lahir di Massacusettes pada tahun 1863 pada era perang sipil. Pemikiran Mead terangkum dalam konsep pokok mengenai “mind”, “self”, dan “society”. Mead mengakatakan bahwa pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda – benda dan peristiwa yang dialaminya, menerangkan asal muasalnya dan meramalkannya. Self dapat diterjemahkan sebagai aku atau diri. Cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran dan diri menjadi bagian dari perilaku manusia, yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Dari interaksi itu lah yang membuat seseorang mengenai dunia dan dirinya sendiri. Mead mengatakan bahwa pikiran (mind) dan diri (self) berasal dari masyarakat (society) atau aksi sosial (social act). Ketiga konsep ini termasuk ke dalam psikologi sosial. Menurut Mead, psikologi sosial adalah studi yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku dari individu dalam kaitannya dengan masyarakat. Mead berargumentasi bahwa tidak ada individu yang bisa memisahkan diri dari kelompok sosialnya. Asumsi Mead mengenai bahasa sangat sederhana, yakni apabila seseorang memiliki kesamaan respon dengan orang lain tentang suatu simbol, maka ketika itulah sudah terjadi pertukaran makna. Simbol tidak lagi bersifat privasi dan ketika itulah terjadi bahasa.

1.      Konsep Mead tentang “Mind”
Mead mendefinisikan mind (pikiran) sebagai fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang dalam proses sosial sebagai hasil dari interaksi. Mind terbentuk setelah terjadinya percakapan diri yakni ketika seseorang melakukan percakapan diri yang juga disebut sebagai berpikir. Berpikir tidak mungkin terjadi jika tidak menggunakan bahasa. Kesadaran bukanlah hasil tangkapan dari luar, melainkan secara aktif selalu berubah dan berkembang. Menurut Mead, mind membantu bahasa meningkatkan kapasitas dalam menentukan objek di lingkungan sosial melalui pembentukan simbol yang signifikan, lalu menggunakan simbol sebagai stimulus untuk menghasilkan respon dari orang lain, lalu membaca dan menginterpretasikan gesture seseorang, dan menyediakan imajinasi alternatif dari stimulus dan respon dari lingkungan.

2.      Konsep Mead  tentang “Self”
Mead mendefinisikan self sebagai proses yang tumbuh dalam keseharian sosia yang membentuk identitas diri. Perkembangan self tergantung pada bagaimana seseorang melalui role taking dari orang lain. Esensi self bagi Mead adalah reflexivity yaitu bagaimana kita merenung ulang relasi dengan orang lain untuk kemudian memunculkan adopsi nilai dari orang lain. Terdapat dua segi dari self, yaitu “I” dan “Me”. “I” merupakan bagian yang unik, impulsif, spontan, tidak terorganisasi, tidak bertujuan, dan tidak dapat diramal dari seseorang. Sedangkan “Me” adalah generalized others yang merupakan fungsi bimbingan dan panduan, me merupakan perilaku yang secara sosial diterima dan diadaptasi. “I” merupakan rumusan subjektif tentang diri ketika berhadapan dengan orang lain, sedangkan “Me” merupakan serapan dari orang lain yang melalui proses interanalisasi kemudian diadopsi untuk membentuk “I”selanjutnya.

3.      Konsep Mead  tentang “Society
Menurut Mead,  society adalah sekumpulan self yang melakukan interaksi dalam  lingkungan yang lebih luas yang berupa hubungan personal, kelompok intim, dan komunitas. “Society” dipelihara oleh kemampuan individu untuk melakukan role taking dan generalized others.

E. Pemikiran George Herbert Blumer
   Teori interaksionisme lebih banyak merupakan penuangan ide Mead. Dengan tiga dasar pemikiran sebagai berikut:
-          Manusia berperilaku terhadap hal-hal berdasarkan makna yang dimiliki hal-hal tersebut baginya.
-          Makna hal-hal tersebut berasal dari atau muncul dari interaksi sosial yang pernah dilakukan dengan orang lain.
-          Makna-makna itu dikelola dalam dan diubah melalui proses penafsiran yang dipergunakan oleh yang berkaitan dengan hal-hal yang dijumpai.

1. Konsepsi Blumer tentang “Meaning”, “Language”, dan “Society
- Meaning, merupakan dasar bagi kita untuk bertindak terhadap segala sesuatu.
- Language, makna yang tumbuh dalma suatu interaksi sosial pada kelompok sosial           tertentu.
- Thought, atau  minding adalah sebuah interpretasi individu atas suatu simbol melalui       proses berpikir. Minding merupakan refleksi sejenak untuk berpikir.

Menurut Blumer, konsepsi diri berkembang melalui interaksi simbolis self-looking glass yakni gambaran diri yang dihasilkan dari melihat peran kita pada orang lain. Tanpa bahasa, konsep diri tidak dapat digambarkan. Blumer juga mengatakan bahwa “Anda menjadi apapun yang orang lain di sekita Anda katakan kepada Anda”.

2. Konsep Pokok Blumer tentang teori Simbolis
a.    Konsep Diri
Manusia mampu memandang dirinya sebagai objek pikirannya sendiri. Ia mengarahkan dirinya kepada berbagai objek, termasuk dirinya sendiri, berunding, dan berwawancara dengan dirinya sendiri.
b.    Konsep Kegiatan
Perilaku manusia dibentuk dengan proses interaksi dengan diri sendiri, maka kegiatannya itu berlainan sama sekali dengan kegiatan makhluk-makhluk lain.
c.    Konsep Objek
Objek meliputi segala sesuatu yang menjadi sasaran perhatian manusia sifatnya konkret seperti, kursi, meja, dan dapat pula bersifat abstrak seperti kebebasan. Bisa juga pasti seperti golongan darah atau agak kabur seperti filsafat.
d.    Konsep Interaksi Sosial
Adalah suatu proses hubungan timbal balik antar individu. Interaksi sosial mengutamakan tindakan timbal balik berupa aksi saling memengaruhi. Sebuah hubungan dapat dikatakan interaksi jika:
-          Jumlah pelakunya dua orang atau  lebih
-          Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol
-          Adanya dimensi waktu seperti, masa lalu, dan  masa yang akan datang
-          Adanya tujuan yang hendak dicapai

Jadi, interaksi tidak hany aberlangsung melalui gerakan fisik saja, melainkan jug a lambang atau simbol yang maknanya perlu untuk dipahami. Pertukaran dalam hal ini disebut dengan transaksi.

e.    Konsep Aksi Bersama
Atau “joint action” merupakan kegiatan kolektif yang timbul dari penyesuian dan penyerasian perbuatan orang-orang satu sama lain. Contohnya adalah transaksi dagang, makan bersama, dan upacara pernikahan.




---





Referensi : 
Mufid, Muhamad. (2009). Etika dan Filsafat Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenamedia Group.



Comments

Popular Posts